Aku : Bagaimana caranya agar bisa mengubah pikiran bahwa saya ini standar dan biasa saja?
Psikiater : Memangnya hal itu merupakan masalah yang harus diperbaiki?
Aku : Iya, karena saya ingin mencintai diri saya sendiri.
---
![]() |
Credit Photo by @elkays_ |
Judul : I Want To Die But I Want To Eat Tteopeokki
Penulis : Baek Se Hee
Penerbit : Haru (dalam terjemahan Bahasa Indonesia)
Jumlah Hlm : 236 hlm
Penggalan percakapan diatas adalah salah satu isi dari buku "I want to Die but I Want to Eat Tteokpokki" dimana tokoh Aku adalah sang penulis sendiri. Buku ini berisi kisah perjalanan penulis yang mengalami persistent depressive disorder atau distimia selama kurang lebih 10 tahun. Menurut dr. Jiemi Ardian, Ap.KJ., distimia adalah bentuk jangka panjang dari depresi. Seseorang dapat kehilangan ketertarikan yang normal pada aktivitas sehari-hari, merasa tidak ada harapan, produktivitas berkurang, harga diri yang rendah, dan perasaan yang tidak layak. Dan itulah yang dirasakan penulis selama kurang lebih 10 tahun terakhir.
Awal aku bisa tau buku ini adalah karena melihat postingan-postingan buku di Instagram Penerbit Haru, aku tertarik seketika melihat judulnya, satu sisi aku memang lagi suka-sukanya baca buku bertema self improvement demi lebih memperbaiki masalah depresiku yang terkadang membuatku lelah untuk bertahan, satu sisi yang buat aku tertarik adalah aku penggemar tteokpokki jajanan kue beras asal negeri gingseng Korea selatan. Isinya sebagian besar berupa percakapan si penulis dengan psikiaternya. 12 minggu waktu konsultasi yang kemudian ia rangkai menjadi beberapa bab yang terpisah. Setiap satu minggu dijadikan bab yang berbeda. Dibuka dengan keputusan si penulis untuk menemui psikiater. Hingga akhirnya pelan pelan membuat si penulis menyadari keadaannya dan menerimanya.
Salah satu hal menarik dari kumpulan esai ini adalah karena ditulis dalam bentuk percakapan antara penulis dengan psikiaternya. Pembaca akan disuguhkan percakapan-percakapan saat Baek Se Hee kali pertama mengunjungi psikiater, bagaimana perasaannya, saran-saran yang diberikan, jawaban dari pertanyaan yang mungkin juga sering atau sedang ada dalam pikiran kita.Beberapa bab pertama yang ku baca membuatku merasa bahwa aku tidak sendirian. Semua orang mengalami masalah, jelas. Tapi, rasanya masalah yang dialami Baek Se Hee juga sedikit banyak dialami olehku. Di beberapa bab pertama, dia bercerita tentang pengalamannya dimasa kecil dan beberapa hal yang membentuk kepribadiannya setelah beranjak dewasa.
Beberapa orang di Goodreads menganjurkan untuk tidak membaca buku ini dalam keadaan lelah. Tapi, aku justru membacanya dalam keadaan lelah dan sensitif. Apa yang terjadi? Aku menangis terus-terusan. Melanjutkan maraton hari-hari-tanpa-tidak-menangis. Makin lelah sih jadinya, tapi aku menikmatinya, kok.
Untuk bahan pertimbangan, buku ini mungkin bisa jadi trigger bagi sebagian orang. Jadi, pahami kondisi diri sendiri dulu, ya. Dan buat sebagian orang lainnya, buku ini bisa jadi ‘penyelamat’.
![]() |
Credit photo by @elkays_ |
Aku gak bisa mendefenisikan pendapatku secara detail tentang buku ini, tapi yang aku dapat setelah membaca buku ini adalah, banyak masalah yang aku rasakan seperti sang Penulis rasakan atau utarakan pada Psikiater. dari buku inipun aku banyak belajar bahwa aku mencoba menekan sisi negativeku sampai kadang-kadang tanpa sadar aku sudah menghalangi sisi positif keluar dari diriku, yang terjadi aku menjadi orang yang sering bermasalah dengan pikiran dan batinku sendiri.
ini salah satu buku yang butuh waktu lama untuk aku habiskan, bukan karena membosankan, tapi karena tiap bab konseling baru dalam buku ini membuatku sedikit merenung dan coba bercermin kembali kediriku. Mungkin, orang-orang yang tidak merasakannya akan menganggap perasaan semacam ini sepele. Kenyataannya tidak sesepele itu.
Sama seperti penyakit fisik, penyakit mental itu juga butuh penyembuhan, butuh obat dan butuh orang-orang yang bisa mendukungnya. Dengan hadirnya buku ini aku harap orang-orang lebih sadar tentang mental illness. Dengan mengetahuinya kita bisa mencegahnya. Hidup lebih sehat dengan pemikiran sehat. Meskipun terkadang mungkin kita nggak bisa menyangkal perasaan sedih itu tiba-tiba datang.
buku ini benar-benar keren menurutku, saat sebagian belahan dunia masih mengganggap masalah mental seperti depresi adalah hal yang remeh bahkan sebagian orang kolot menggangap sama saja halnya dengan gila atau cuma karena tak mendekatkan diri pada sang pencipta. tapi Penulis berani mengutarakan masalah depresinya bahkan tidak ragu membagaikan hasil konselingnya dengan Psikiaternya, demi untuk membuat sebagian orang sadar bahwa ini masalah yang perlu diperhatikan. bahkan bagi orang-orang yang merasa deperesi dan tekanan dengan membaca buku ini cukup membantu menurutku, membantu agar kita lebih paham lagi masalah yang terjadi pada diri kita, membantu untuk kita lebih mencintai diri kita lagi.
by the way buku ini aku dapatkan dalam bentuk versi yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru ,the best memang Penerbit Haru dalam menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku keren dari Korea atau Jepang, seperti halnya buku I want to die but I want to eat Tteokpokki ini yang merupakan buku best seller dari penulis yang berasal dari Korea Selatan. sankyu so muchh Penerbit Haru!๐
---
Mari kita mengenal sedikit tentang sang Penulis buku I WANT TO DIE BUT I WANT TO EAT TTEOKPOKKI, yang menjadi tokoh aku dalam bukunya sendiri.
![]() |
Credit Photo by Google |
Buku ini adalah buku yang ditulis oleh Baek Se Hee, seorang wanita kelahiran tahun 1990 yang lulus dari jurusan sastra dan bekerja di salah satu penerbit, yang selama 10 tahu mengalami depresi ringan berkepanjangan (dalam istilah medis disebut juga dengan distimia) dan gangguan kecemasan. Baek Se Hee mengalami beberapa pengobatan dan konseling dari berbagai psikolog dan psikiater, hingga akhirnya pada tahun 2017 dia menemukan rumah sakit yang cocok dan saat ini sedang menjalani pengobatan.
Di negara asalnya buku ini berhasil menjadi salah satu buku best-seller, karena isinya mampu menyentuh hati pembaca. walaupun sesaat setelah bukunya rilis di Korea, netizen banyak yang mengkritik tulisan Baek Se Hee karena menjual kesedihan. Dia pun mendapat stigma negatif, tapi suatu hari salah satu personel BTS, RM, merekomendasikan buku ini di media sosialnya.
Hyunjin Stray Kids juga merekomendasikan buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki saat Vlive. Leader Seventeen, S.coups, juga menyarankan hal sama saat fansign.
---
Beberapa kalimat dalam buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki yang paling aku suka:
“Rasa percaya bahwa meskipun bukanlah hari yang sempurna, hari ini bisa menjadi hari yang cukup dan baik-baik saja. Rasa percaya bahwa hidup adalah ketika meskipun aku merasa depresi seharian penuh, aku masih bisa tersenyum hanya gara-gara sebuah hal kecil sekalipun.”
"Sebenarnya, rasa takut terasa lebih besar ketika hanya Anda saja yang mengetahui dan memendamnya. Dari pada Anda menderita sendirian, akan lebih baik jika Anda menuangkannya dan menceritakannya pada orang lain seperti sekarang ini."
Tertarik untuk membaca? untuk versi terjemahan bahasa Indonesianya bisa kalian order di Penerbit Haru langsung ^^
Komentar
Posting Komentar