Sakit ini seperti tiada akhirnya, bayang-bayangnya terus menghantui hingga mulai memukul keras kewarasan yang ada, sayatan-sayatan mulai lagi terukir indah dengan segala sensasi sakitnya yang susah di terima akal sehat.
Malam seolah berubah menjadi hal yang paling menyedihkan dalam separuh hidup, pagipun datang hanya sebagai penenang sesaat dari rasa sesak yang selalu menghantui.
Perlahan tapi pasti, kegelapan mulai merundungi separuh jiwa yang tersisa! Bisikan di tengah kesunyian mulai jelas terucap dari sela luka yang mulai kehabisan darah "hah... Mati terasa begitu menyenangkan".
Bagaimana untuk coba menikmati saja segala sakit ini yang sudah terlanjur tercipta membengkakkan dada? "percuma, ruh sudah terlanjur jatuh terlalu dalam dan tamparan keras berkali-kali menyeret akal untuk sadar bahwa ini sudah terlampau sakit untuk bisa ditahan terus menerus , depresi merengut jiwaku" bisikan dari sosok dibalik cermin kaca.
Ah.. Rasanya menyenangkan saat dulu mempunyai seseorang yang bisa menjadi sandaran dan media cucuran tiap airmata yang datang, tapi kini dunia perlahan membolak-balikan semuanya begitu cepat,iya.. seseorang itu telah berubah menjadi orang yang terlalu rasional dan bangga melontarkan kata-kata menyakitkan kepada orang yang ia baptiskan dengan kata sayang dan berdahlil bahwa dengan cara begini mampu berubah manusia menjadi lebih kuat nantinya hahaha tidak salah pikirku, tapi aku tidak butuh orang seperti itu! hanya meminta sedikit di dengar dan di mengerti tanpa ada kata "makanya!..." atau kata-kata menyakitkan dan di rendahkan sebagai balasan.
Asuhdalah! Dari awal memang aku sudah dirancang untuk menyimpan dan merasakan segalanya sendiri jadi ku putuskan tidak menyalahkan siapapun, awalpun memang salahnya pada diri yang tidak becus! Iya aku yang salah.
Di sela merekah matahari, doa-doa kembali terucap memohon agar sudahi saja perjalanan menyakitkan ini, lelah.. Gumamku di bahwa pantulan sinar pagi yang masih terasa hangat di kulit.
Maaf yah Bapa, bukan menyangkali segala nikmat dan bahagia yang pernah menghampiri, tapi luka dan sakit yang terukir tak mampu di samarkan dengan nikmat dan bahagia yang pernah terparti dalam lubuk hati, bukan tidak mau bersyukur yah Tuhan, tapi memang tak sanggup bersyukur dari segala sakit yang terlampau keterlaluan.
Ku akhiri perjalanan malamku yang baru bisa ku tenangkan rasa sakitnya dengan ribuan keluh kesah, dan airmata sebagai tanda protes dengan segala yang harus terus-menerus di hadapi tanpa ada henti ,tanpa ada ujungnya.
kini malam-malamku hampir mempunyai alur cerita kelam yang sama dengan malam-malamku yang sudah-sudah, melelahkan bukan? ingin mati saja pikirku!.
Komentar
Posting Komentar