Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

Bercerita kepada hujan tentang luka dalam balutan wangi Petrichor

Selepas jeda pada rayuan hujan senja, aku kembali merasa kehangatan mentari yang terlalu sulit untuk mencairkan kebekuan di dadaku. Ini bukan sepenuhnya tentang aku, hanya ketika suatu hari aku menemui batas sempit yang terhimpit pada rongga-rongga waktu dan memaksa untukku membuat pilihan terbaik dari yang tersulit seperti halnya ku berdiri di ketinggian tebing yang curam tanpa ada batas dengan dalamnya jurang. Satu-satunya cara, aku harus bertahan jika ingin tetap hidup dan tak ada pilihan lain kecuali aku ingin mati. Mendengarkan kata mati membuatku bergidik, tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya bagai daging yang dirobek-robek oleh tajamnya taring singa. Apalagi tiada yang menemani di sisi, sama sekali tak ingin menjadi mayat beku dan membiru tanpa ada iringan cinta dari yang mencintaiku dan yang selalu memilih aku. Telah lama aku tak lagi bergincu dan memudarkan bedak yang seolah tak lagi menjadi istimewa sebagai topeng keceriaan. Bukan melupa aku adalah seorang perempuan yang...