Ini bukan sebuah pengakuan dosa atau penyesalan. Aku menulis ini sebagai upaya mengais ketulusanmu agar kelak tak perlu ada kekecewaan. Sadar dengan segala kekurangan, aku terlalu khawatir jika kamu menyimpan masa laluku sebagai beban di pikiran. aku ingin masa depanlah yang bertahta di sana dan perihal masa lalu cukup kau biarkan tuntas.
Karena setiap orang pasti pernah khilaf.
Di masa lalu, kebebasan mutlak yang aku pilih untuk diriku sendiri, membuatku kadang tak mengingat norma lagi.
Sehingga membuatku banyak terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang fatal untuk diriku sendiri, mengingat itu semua kadang membuatku kecewa dan menyesalinya juga, tau kah kamu, akhirnya saat aku sadar, aku begitu mati-matian memperbaiki diriku sambil terus dibayang-bayangi akan kelamnya masa laluku, yang sempat membuatku ketakutan tak karuan dan putus asa bahwa akan adakah seorang pria yang mau menerima masa laluku ? Dan ku yakin pria itu kamu, karena aku percaya akan dirimu yang selalu berkata 'tak apa, aku juga punya masa lalu. Masa lalu ada untuk menjadi pembelajaran'
Bagaimana pun masa laluku, percaya lah segala keburukan itu sudah jauh aku tinggal di belakang. Aku yang sekarang bukan lagi aku yang dulu. Karena itu, aku memberanikan diri untuk memintamu bukan sekedar menerima tapi juga memaafkannya. Mungkin sulit, tapi bisakah kamu mengusahakannya.
Mungkin Kamu pernah punya impian, bila pasanganmu kelak seorang perempuan cerdas yang memiliki reputasi baik dalam segala hal. Namun sayangnya, kamu justru mendapatkan seseorang yang punya cacat dihidupnya. Kecewa? aku rasa itu sudah pasti. Tapi sekali lagi, aku memohon jangan Terlalu dipikirkan. Jangan biarkan masa laluku mewabah dikepalamu, sampai akhirnya kamu tak sanggup memikirkan masa depanku.
Untuk menebusnya, Aku akan selalu berusaha membuatmu berlapang dada, meski harus kembali kuceritakan semua kepahitan yang ada.
Anggap saja aku pernah mati di masa lalu, kemudian di masa depan berengkarnasi menjadi pribadi yang baru.
Terlepas dari semua tentang masa lalu yang tak menyenangkan untuk terus diungkit. Ada masa depan di dalam kepala kamu dan aku yang selalu berusaha bangkit. Masa depan yang selalu memiliki harapan bisa dilukis seindah-indahnya.
Bayangkan saja kelak kita sukses bersama, memiliki keluarga kecil yang berbahagia, dan akhirnya menua dengan masa depan yang sudah terencana. Apaakah itu tidak cukup menutupi banyangan masa laluku yang tak menyenangkan? Apakah masih perlu masa lalu menjadi beban di pikiran, kalau masa depan lebih menggiurkan?
Karena itu, aku tak akan berhenti mengajukan permohonan ini, bisakah kamu menerima dan memaafkan semua kesalahan di masa laluku dengan kelegaan hati?
Komentar
Posting Komentar